Tuesday, June 3, 2014

(summary) Kerajaan Allah – Sebuah Perumpamaan untuk Masyarakat

- Biji sesawi adalah biji paling kecil. Tapi paling berpotensi berkembang paling besar di kelasnya.
- Yesus suka mengajar dengan perumpamaan, tidak semua langsung Ia jelaskan artinya, denga tujuan kita mendalaminya sendiri lebih jauh untuk mengerti.
- Benih dari kehidupan, kalau mau bertumbuh harus mati dulu, sama seperti kita, kita harus rela mematikan segala kebiasaan-kebiasaan buruk kita agar dapat berkembang.
- 3 faktor yang membuat benih dapat bertumbuh / berkecambah
1. Inti dari biji itu harus hidup, kita biarkan Yesus hidup dalam diri kita.
2. Semua halangan harus disingkirkan, segala dosa kesayangan, maupun godaa-godaan yang jahat dari luar harus kita singkirkan.
3. Sekelilingnya harus baik, lingkungan tempat kita hidup juga harus memberi pengaruh yang baik, pandai-pandai memilih pergaulan.
- Biji berkembang tanpa campur tangan manusia, bukan manusia yang membuat biji itu bertumbuh (memiliki kehidupan) tapi Tuhan. Semua diatur oleh Tuhan, sama seperti pertumbuhan kita.
- Kita harus jadi anak muada yang anti mainstream, sama seperti Yesus, yang tidak serupa dengan dunia.
- Kenapa Yesus pakai sistem kerajaan di Surga? Terlebih dahulu Dia mati untuk menebus dosa kita, agar di Surga nanti kita cinta padaNya bukan karena takut tetapi atas dasar kasih.
- Yesus tukang kebun kita, biarkan Dia yang merawat kita.

(summary) Kerajaan Allah – Itu Ada di dalam Dirimu

- Kerajaan Allah hanya penuh dengan  kerendahan hati dan kasih, tidak ada keuntungan duniawi
- Kita harus terbiasa dengan cara hidup Surga, kalau tidak bagaimana kita bisa hidup disana?
- Kerajaan Allah = Kasih, kalau kita berbuat kasih berarti kita memancarkan Surga.

- Banyak orang yang memilih Allah karena takut akan apa yang terjadi setelah kehidupan. Mereka memilih Allah karena ingin masuk Surga. Tapi bagaimana Surga bisa cocok, jika Surga itu sendiri bukanlah tempat yang ingin kita tinggali sekarang ini? Apakah kerajaan itu ada di dalam anda?

(summary) Kerajaan Allah – Sebuah Meja di Bumi, Sebuah Meja di Surga

- Kita harus memposisikan diri kita sebagai orang ‘sakit’ ketika datang ke gereja. Sebagaimana setiap orang sakit pasti membutuhkan dokter, kita yang sakit dalam hal kerohanian juga membutuhkan dokter, yaitu Tuhan.
- Pada saat kejatuhan dosa di taman Eden, Tuhan yang lebih dahulu mencari manusia (Adam & Hawa). Ini melambangkan bagaimana seharusnya kehidupan gereja sekarang ini. Kita (gereja) harus lebih dahulu mencari orang ke luar.
- 3 pelajaran utama dari Markus 2 : 13-14
1. Kehidupan menguatkan kehidupan.  Hidup kita harus berguna bagi orang lain. Kita sebagai contoh yang hidup, harus bisa membuat orang lain ‘hidup’ juga.
2. Kasih yang konsisten sulit unutk dilupakan dan diabaikan. Sekecil apapun perbuatan kasih kita kepada orang lain pasti berguna. Kasihi sesame secara konsisten, terus-menerus, jangan hanya sekali, dengan begitu orang akan sulit melupakan kita. Jangan tunggu ada masalah datang menimpa orang lain, baru kita datang membantu, inisiatif dari kita untuk memperhatikan mereka kapan saja.
3. Yesus berteman/mengasihi orang-orang yang terbuang. Tanpa pandang bulu Yesus memanggil siapa saja. Entah orang berdosa, pemungut cukai, orang miskin, semuanya Yesus rangkul. Kita harus mengasihi siapa saja dengan tulus. Jangan pernah menghakimi orang lain, apalagi menentukan layak atau tidak dia ke gereja.
- semua hal apabila tidak ada kasih di dalamnya, maka sia-sia.
- Kita gambarkan suasana kerajaan Allah di dunia. Bagaimana caranya? Buat!.

- Meja Surga = Tabiat Kristus, harus kita pancarakan pada orang lain.

Thursday, May 29, 2014

Introduction to My Dream(ed)

Jaman dahulu kala, alkisah hiduplah seorang siswa SMA yang baru datang pertama kali ke event jazz legendaris Indonesia, The 33rd Jazz Goes To Campus. Dan langsung jatuh cinta, sama jazz, sama drummer, sama Echa Soemantri.

Jadi ini kisah tahun 2010, gak jaman dahulu banget sih sebenernya..
Yesaya Wilander Soematri adalah seorang drummer kebanggaan kita bersama (kebanggaan gue banget sih sejujurnya) yang lahir di Jakarta, 7 Juli 1989. Nama panggilannya Echa, dan dimulai tahun 2010 itu gue ngefans banget sama dia. Pertama kali liat di JGTC manggung sama 3 Fingers dengan gilanya, gue cuma bisa teriak-teriak gila sama geleng-geleng kepala.

Echa itu.....
Ngedrumnya jago banget, dan bikin cewe-cewe melting.
Menurut gue dia juga punya karisma. Ngga semua drummer punya karisma, dan dia punya. He really looks fit in with the drums.
Walaupun jago banget, dia gak pernah membanggakan dirinya, selalu Tuhan yang utama. +1 nih!
Simply cool. Gak terlalu ganteng, tapi keren..banget.
Kaku, less expression, dan pendiam. Sepaket lengkap banget yah kaya robot..hahaha peace out kak!
Echa itu cerdas, pintar, punya ingatan yang bagus. Entah berapa alat musik yang dia kuasai, entah berapa nama fansnya yang dia inget.
last but not the least, Echa itu baik sekali, super baik, humble, down to earth, dan ramah. Yang ini sepaket lengkap pacar-able deh :p. Seriusan, baik emang terlihat common sih, klasik yah orang baik, tapi ini memang literally baik. Dari mulai follower 300 sampe sekarang 69.000 perlakuannya ke fans sama aja ramahnya. And personally to me ;)

to be continued..


Sunday, May 18, 2014

bingung ya?

lagi.
ga pernah berencana untuk nulis
apalagi tentang dia
dia yang sama
dia yang dahulu hanya terlihat gak punya hati
sekarang benar tak punya hati..

serius.
aku gak habis pikir
yang kali ini dia udah sangat keterlaluan
bahkan aku gak paham lagi harus cerita mulai dari mana
aku gak punya kata-kata untuk gambarinnya
mungkin karena terlalu kaget
terlalu sakit
jadi gak mampu

intinya..
dia..
jahat.


bingung ya?
sama.

Thursday, May 8, 2014

Resensi Film (The Iron Lady)

 Pemain             : Meryl Streep(Margareth Thatcher), Jim Broadbent(Dennis Thatcher),Susan Brown(June),Olivia Colman(Carol Thatcher), Phoebe Waller-Bridge(Susie), Iain Glen(Alfred Roberts, dll.
 Produksi : 13 Januari  2012
Produser           :   Damian Jones
Sutradara          :   Phyllida Llyod
Penulis naskah  :  Abi Morgan
SINOPSIS
Mengangkat cerita yang dialami oleh mantan Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher (Meryl Streep), The Iron Ladymenawarkan sebuah kisah yang mampu memberikan semangat bagi semua orang untuk berkarya dan berjuang keras demi membangun negaranya. The Iron Lady berkisah tentang kehidupan Margareth Thatcher di masa mudanya yang berjuang sangat keras untuk meraih kedudukan di parlemen. Demi mencapai tujuannya tersebut, Margareth tentunya mendapat berbagai hambatan, salah satunya adalah diskriminasi gender. Alfred Robert (Ian Glen) selaku Ayah dari Margareth, adalah sosok yang paling berjasa dalam membentuk ambisi besar putrinya.
 Sebagai putri dari seorang pedagang, Margareth pun memiliki misi untuk meingkatkan kemandirian para pekerja kecil maupun besar, demi membangun negaranya sendiri. Di Awal perjuangannya, suara atau kampanye Margareth untuk mencalonkan diri ke parlemen hampir tidak terdengar. Mereka masih menganggap kalau kaum perempuan hanya mampu bertugas di dapur dan tidak memiliki kekuatan untuk memimpin negara. 
Namun berkat tekad dan kerja yang keras, akhirnya Margareth bisa menjadi Perdana Mentri Inggris. Tapi bukan berarti setelah menjadi Perdana Mentri Inggris, masalah yang dihadapi oleh Margareth sudah selesai. Dirinya pun masih dihadapkan dengan reaksi masyarakat dan anggota parlemen yang lain, terhadap keputusan-keputusan yang telah dibuatnya.



RESENSI FILM
The Iron Lady, adalah sebuah film yang mengisahkan tentang Margaret Thatcher, Perdana Menteri dengan masa jabatan terlama dalam sejarah kerajaan Inggris. Tema besar dari film ini adalah sejarah pemerintahan dan politik Inggris, dengan menonjolkan sosok seorang pemimpin yang tegas, meskipun ia adalah seorang perempuan. Pada masa hidup Margaret Thatcher, perempuan tidak dipercaya menjadi seorang pemimpin di Inggris. Pemerintahan didominasi oleh laki-laki, yang notabene malah belum menunjukkan kemajuan bagi negeri. Dengan segenap keberanian, tokoh Margaret Thatcher yang diperankan oleh Meryl Streep, kemudian memutuskan untuk masuk ke dalam pemerintahan Inggris. Tak puas terpilih sebagai Menteri Pendidikan, ia mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri.
Film ini mengisahkan bagaimana perjuangan Margaret Thatcher hingga akhirnya bisa menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri dan bagaimana perjuangannya memerintah Inggris selama 11,5 tahun. Ada darah, air mata, namun tidak membuatnya menjadi pemimpin yang “loyo”. Bahkan ketika harus ditinggalkan oleh suaminya, Denis Thatcher (yang diperankan oleh Jim Broadbent), Margaret masih sosok yang memiliki karakter kuat. Tokoh Margaret menderita sebuah penyakit yang membuatnya tak bisa membedakan antara masa lalu dengan masa sekarang. Kenangan tentang suaminya, dan masa lalunya yang keras ketika harus berjuang mengurusi pemerintahan Inggris, datang dan pergi dalam kehidupan masa tuanya. 
Selain dari alur cerita, kami sangat salut pada karakter tokoh-tokoh di dalamnya, baik Margaret maupun suaminya, Denis. Margaret beruntung memiliki suami yang mengerti sepenuhnya, bahwa seluruh hidup istri tercintanya, akan didedikasikan untuk pelayanan publik. Dan Margaret, adalah sosok seorang pemimpin yang tegas, yang konsisten dengan pendiriannya, namun tetap memiliki dedikasi kepada keluarganya. Harapannya selain menjadikan Inggris lebih maju, juga ingin melihat putera-puterinya tumbuh bahagia.

Ini adalah foto Perdana Menteri Inggris yang asli, Margaret Thatcher, yang kisah hidupnya menginspirasi pembuatan film “The Iron Lady”.
Pesan moral yang saya dapatkan dari film ini (dan terutama dari kisah hidup seorang Margaret Thatcher) adalah :
1. Seorang perempuan harus berani mewujudkan cita-citanya, meskipun banyak yang meremehkan.
2. Ada satu pesan dari sahabat Margaret : “Ketika ingin mengubah negara, pimpinlah!“
3. Selain ingin agar Inggris menjadi negara yang maju, keinginan terbesar Margaret dalam hidupnya adalah ingin melihat putera-puterinya tumbuh bahagia.
4. Meski harus mengorbankan nyawa prajurit, Margaret teguh pada pendirian bahwa Kedaulatan penting bagi sebuah Negara. Margaret memutuskan perang dengan Amerika Serikat untuk mempertahankan sebuah pulau yang jauh terpencil dan dianggap tidak menghasilkan apa-apa bagi Inggris. Ia mengambil contoh betapa Amerika juga dulu mempertahankan pulau Hawaii meskipun jauh dan terpencil. Amerika tidak menyerahkannya kepada Jepang saat Jepang “menawar” secara diplomatis untuk menduduki pulau tersebut.
5. Ketika keputusannya untuk menyatakan perang harus mengorbankan nyawa-nyawa prajurit, Margaret menulis surat dengan tulisan tangannya sendiri, kepada keluarga prajurit dan menyatakan “perjuangan prajurit untuk kedaulatan Inggris tidak pernah sia-sia,”.
6. Meski kebijakannya pernah mendapat kecaman, ia memiliki prinsip bahwa : “mungkin keputusan kita akan dihujat oleh generasi saat ini, tapi generasi selanjutnya akan berterima kasih atas keputusan yang diambil hari ini,”
7. Kisah hidup Margaret Thatcher juga mengisahkan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, yang akhirnya mengancam kepemimpinannya. Film ini pada akhirnya menggambarkan dengan indah, bagaimana sulitnya memimpin sebuah negara, dalam gelombang pro dan kontra dari rakyat dan bahkan orang-orang di dalam pemerintahan sendiri.
Kelebihan Film  : Banyak hal yang bisa diambil dari film The Iron Lady, bukan sebatas tontonan yang menginspirasi saja. Film garapan Phyllida Lloyd ini memiliki pesan untuk terus bekerja keras dan berjuang demi mengejar impian. Khususnya bagi kaum perempuan, film yang berdurasi 105 menit tersebut diyakini bisa menambah rasa percaya diri untuk berkompetisi dengan kaum laki-laki. 

Kekurangan Film  : 
Walau penonton (kami) tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup akan sosok Margaret Thatcher, mungkin setiap orang bisa merasakan ia sebagai pemimpin yang mempunyai ideologi yang mendalam, tegas dan telah melalui banyak kejadian bersejarah. Hanya saja, sayang The Iron Lady gagal menangkap banyak esensi penting dari banyak kejadian yang dialami Margaret Thatcher untuk menuangkannya kembali kedalam sebuah cerita yang mampu menarik perhatian lebih dari penonton (kami).
Phyllida Lloyd mengarahkan film ini terasa begitu datar dan gagal menjaga intensitas alur cerita yang mengakibatkan kisah kehidupan Lady Thatcher yang sebenarnya begitu banyak intrik tak lebih dari sekadar kilasan kilasan belaka. Setelah storyline dan naskah yang tidak bisa digali dengan sempurna, sisi akting para jajaran bintang film ini seperti semakin menambah urutan kekurangan film ini, selain Meryl Streep yang tampil flawless, rasanya tidak ada satupun dari jajaran pemain film ini yang memberikan penampilan apik mereka, kurangnya pendalaman karakter mungkin salah satu penyebab hal ini, sayang sekali karakter Denis Thatcher yang seharusnya krusial dalam hidup Margaret terasa tersia siakan akibat kurangnya pendalaman karakter dan lemahnya naskah film ini.
 Alur maju mundur/flashback yang dihidangkan di film ini seperti tumpang tindih, Margaret yang sudah tua terasa mendapat porsi lebih banyak dibanding Margaret saat dimasa keemasannya memerintah Inggris, pertama saya mengira bisa menyaksikan biopic seorang Lady Thatcher yang menitik beratkan pada perjuangannya mencapai tampuk kekuasan perdana menteri, namun saya hanya menelan kekecewaan setelah masa masa itu dihadirkan dalam adegan flashback yang tidak seimbang.

Sunday, April 6, 2014

Resensi Novel (SKRIPSHIT)

A. Data Buku
  1. Judul Buku                   : SKRIPSHIT
  2. Penulis                         : Alitt Susanto
  3. Penerbit                      : Bukune
  4. Cetakan                       : Pertama
  5. Tahun Terbit               : 2012
  6. Ukuran Buku               : 13 x 19 x 2 cm
  7. Jumlah Halaman         : viii + 296 halaman
B. Sinopsis
Novel ini menceritakan tetang kehidupan seorang tokoh yang bernama Alitt dari mulai dia kecil sampai pada waktu dia terkenal seperti sekarang. Semasa kecil, pada waktu umur 4 tahun orang tuanya sudah bercerai, jadi dia tinggal bersama Ibunya. Ibunya hanya bekerja sebagai tukang jamu keliling. Karena perceraian orang tuanya, Alitt merasa dirinya kurang diperhatikan, dia jadi merasa berbeda dengan anak lain pada umumnya. Karena ibunya seorang tukang jamu keliling, Ia jarang bertemu dengannya, ia jadi dekat dengan kakek & neneknya. Di masa SMA rasa ketidakpedulian terhadap dirinya yang dia rasakan semakin menjadi. Dia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian, dia mulai melakukan tindak kenakalan, dan mulai berontak pada Ibunya. Suatu ketika dia mendapatkan kecelakaan yang menyadarkan dirinya. Semenjak itu, dia memutuskan untuk membiayai hidupnya sendiri, dengan bekerja. Dia masuk ke sebuah universitas di Yogyakarta sambil menjadi wartawan magang, dan sampai sekarang ini sudah melewati belasan semester namun masih mengejar gelar.
“ Tapi sebenarnya, tidak lulus kuliah adalah pilihan gue. For Your Information, gue paling takut dapet gelar “Pengangguran”. Di mata gue, sebutan “Mahasiswa” itu lebih enak didengar daripada “Sarjana Pengangguran”. Ditambah lagi pepatah dari negeri seberang yang selalu terngiang di telinga:
“Wisuda adalah pengangguran yang tertunda.”
Oke…Itu gue aja sih yang ngeles….”
Seperti yang kita lihat dari kutipan sebelumnya, buku ini sebagian besar menceritakan tentang jatuh bangunnya kehidupan Alitt, terutama dalam dunia perkuliahan. Walaupun sampai sekarang ia tak kunjung menyelesaikan skripsinya, setidaknya dia sudah menyelesaikan buku ini.
C. Kelebihan
  • Kita dapat belajar dari kisah kehidupan penulis
  • Dikemas dalam pemilihan kata-kata yang baik dan menghibur, sehingga membuat pembaca tidak bosan
D. Gaya Bahasa
  • Persuasif
  • Menggunakan bahasa sehari-hari, yang mudah dimengerti oleh pembaca
E. Latar
  • Kostan Alitt
  • Kampus
  • Rumah Kakek-Nenek
F. Perwatakan
Mandiri, Tegar, Pekerja Keras, Kreatif
G. Sudut Pandang
Orang Pertama, Pemeran Utama
H. Kesimpulan
Jika anda ingin mengerti makna dari kerja keras dan perubahan diri, buku ini cocok sekali unutk anda. Juga bagi para mahasiswa ‘abadi’ di luar sana yang mau mendapatkan sedikit pencerahan, buku ini tidak mengajarkan kita membenarkan status ‘mahasiswa abadi’ melainkan  justru memberikan motivasi untuk cepat lulus, atau paling tidak mengambil hikmahnya.