Tuesday, July 3, 2012
Kuasa Doa Anak Kecil
Suatu malam saya bekerja keras untuk menolong seorang
ibu di sebuah bangsal rumah sakit; tapi apapun yang
kami lakukan, dia meninggal dan meninggalkan bayi
premature yang sangat mungil serta seorang anak
perempuan usia 2 tahun yang menangis.
Kami mengalami kesulitan untuk menjaga agar si bayi
tetap hidup, Karena kami tidak punya incubator ( kami
tidak punya listrik untuk Menyalakan incubator), kami
juga tidak punya makanan khusus bayi.
Meskipun kami tinggal di daerah khatulistiwa, di malam
hari seringkali udara sangat dingin dan anginya kencang.
Salah seorang muridku menaruh bayi itu dalam box dan
membungkus bayi dengan kain wol. Yang lain menyalakan
api dan mengisi botol air panas. Kemudian muridku yang
mengisi botol air panas segera kembali dengan
kebingungan sambil bercerita bahwa saat mengisi botol
itu dan ternyata meledak (Karet mudah rusak dalam
kondisi cuaca tropis)
"Dan ini adalah botol air panas terakhir kita," dia berseru.
"Oke," kataku, "taruh bayi itu didekat api dalam jarak
yang cukup aman, dan tidurlah diantara bayi itu dan
pintu untuk menjaga nya dari angin. Tugasmu adalah
menjaga bayi tetap hangat."
Siang hari berikutnya, seperti hari sebelumnya, Aku
pergi berdoa dengan beberapa anak yatim piatu yang
berkumpul denganku. Aku berikan mereka bermacam-macam
saran untuk mendoakan dan bercerita pada mereka
tentang bayi mungil itu.
Aku menceritakan masalah kami soal menjaga bayi supaya
cukup hangat, menyebutkan tentang botol air panas, dan
bagaimana bayi itu bisa dengan mudah meninggal bila
kedinginan. Saya juga bercerita pada mereka tentang
saudara perempuannya yang berumur 2 tahun, yang
menangis karena ibunya meninggal.
Selama berdoa, seorang gadis usia 10 tahun, Ruth,
berdoa dengan doa singkat seperti anak Afrika kami.
"Tolong, Tuhan" dia berdoa, "kirim kan botol air.
Tidak baik besok, Tuhan, karena bayinya bisa mati,
jadi tolong kirim sore ini."
Saat aku menarik napas dalam hati karena keberaniannya
dalam berdoa, dia menambahkan, "Dan saat Engkau
mengirimkan botol air itu, maukah Engkau mengirimkan
juga boneka untuk gadis kecil itu, supaya dia tahu bhw
Engkau sungguh mengasihinya?"
Seringkali dalam doa anak-anak, aku merasa ditempatkan
pada pusatnya. Dengan sungguh-sungguh kukatakan,
"Amin". Oya aku tahu bahwa Tuhan dapat melakukan
segalanya, Alkitab mengatakan demikian. Tapi pasti ada
batasnya, kan?
(pikiran manusia selalu ingin membatasi kuasa Tuhan)
Dan menurutku satu-satunya jalan Tuhan dapat menjawab
doa-doa kami yaitu jika keluargaku di Amerika
mengirimi bingkisan. Namun aku sudah tinggal selama
hampir 4 tahun, dan tidak pernah, sama sekali menerima
bingkisan dari rumah. Tapi, bila sesorang mengirimiku
bingkisan, siapa yang akan memberi botol air panas.
Sebab aku tinggal di daerah tropis!
Menjelang sore, ketika aku sedang mengajar di sekolah
pelatihan perawat, sebuah parcel dikirimkan dengan
mobil didepan pintu rumahku.
Saat aku sampai di rumah, mobilnya sudah pergi, tapi
disana, di beranda, ada dua puluh dua pon parcel yang
sangat besar. Aku merasa pedih dimataku.
Aku tidak dapat membuka parsel itu sendirian, jadi aku
meminta ke anak-anak yatim piatu untuk membantuku.
Bersama-sama kami menarik talinya, dengan hati-hati
membuka simpulnya. Kami melipat kertasnya, supaya
tidak menyobeknya. Kegembiraan meningkat.
Sebanyak 30 atau 40 pasang mata
melihat ke dalam kardus tersebut.
Dari atas, kami mengeluarkan baju rajutan
berwarna cerah.
Mata kami langsung silau melihatnya. Ada perban
rajutan untuk pasien kusta, dan anak-anak mulai
terlihat sedikit bosan.
Lalu ada sekotak kismis, ini bisa dipakai untuk
membuat setumpuk kue kismis di akhir pekan.
Lalu, aku memasukkan tanganku lagi, aku merasa ....
benarkah ini?? Aku menariknya keluar .... yaa .... ini
baru, botol air panas karet. Aku menangis terharu.
Aku tidak meminta Tuhan untuk mengirimkannya. Aku
tidak percaya bahwa Dia benar-benar melakukannya.
Ruth ada di barisan depan dari anak2. Ia cepat2 maju,
sambil menangis, " Jika Tuhan mengirimkan botolnya,
Dia harus mengirim bonekanya juga!"
Sambil mengobrak-abrik bagian bawah kotak, dia menarik
sesuatu yang mungil, boneka bergaun indah. Matanya berkilau !
Dia tidak pernah sangsi!
Sambil melihatku, dia berkata : " Dapatkah aku pergi
bersamamu & memberikan boneka ini kepada gadis kecil
itu, supaya dia tahu, Yesus sangat mencintainya? ?
Ternyata parcel ini telah dipersiapkan
dan dikirim 5 bulan lalu.
Dibungkus oleh Siswa Kelas Hari Mingguku,
yang mana saat mempersiapkan parcel itu,
Tuhan telah memerintahkannya juga
untuk mengirimi botol air panas walaupun di daerah Tropis.
Lalu salah satu dari siswaku juga telah memberikan boneka
untuk dikirimkan ke anak Afrika -
Dan itu semua terjadi 5 bulan sebelumnya,
sebagai jawaban dari doa seorang anak gadis 10 tahun
untuk membawanya "sore itu".
sumber: http://g1g1kel1nc1.multiply.com/journal/item/26/_CERITA_DARI_AFRIKA_kuasa_doa_anak-anak
Tolong! Aku Sedang Sakit
Aku sedang sakit. Akhir-akhir ini suhu tubuhku sangat panas
dan sering demam. Kepalaku kadang-kadang terasa berputar sampai tubuhku
terguncang lalu ambruk. Belum lagi jika aku muntah, air muntahnya menyebar
kemana-mana. Dan yang paling menydihkan, aku kehilangan rasa percaya diri
karena kini rambutku tak seindah dan selebat dulu. Rambutku sering rontok,
bahkan kepalaku hamper botak.
Sampai saat ini aku tidak tahu penyakit apa sebenarnya yang
menyerang tubuhku. Semakin hari rasa sakit semakin menyiksa. Rasanya hidupku
tak lama lagi. Aku tak punya alas an unutk apa aku sembuh. Keluargaku seolah
tidak perduli dengan rasa sakit yang kurasakan. Teman-temanku? Jangan ditanya,
sejak aku sakit mereka menjauhiku.
Sekarang semua sudah berubah. Tiada lagi sosok teman dan
sahabat yang mengisi hari-hariku. Penyakit ini membuat mereka menjauhiku. Aku
tahu mungkin yang mereka inginkan hanya makanan,perhiasan, dan kekayaanku.
Mereka tidak ingin ikut merasakan kesedihan dan kesakitanku. Saat aku butuh
mereka, mereka pergi. Akku memeang menyusahkan sehingga mereka tak mau lagi
perduli kepadaku.
Aku sama sekali tak punya semangat untuk sembuh. Biarkan
saja kehidupanku berakhir, mungkin teman-temanku akan sadar bahwa mereka telah
menyia-nyiakanku. Mereka boleh mengambil semua kekayaan yang aku punya. Mereka
memotong rambutku, tidur di bahuku, dan berlindung di belakang punggungku asal
mereka selalu ada ketika aku sedang susah, sakit, dan kelelahan.
Perhatian Kecil
Aku sadar bahwa mereka adalah manusia yang memiliki
kesibukkan masing-masing. Mereka tidak bisa setiap saat berada di sampingku dan
memperhatikanku. Sebenarnya yang kubutuhkan bukan perhatian besar. Hanya
perhatian kecil yang bisa membuatku sembuh.
Sebenarnya tak seharusnya aku menyalahkan teman-temanku akan
kesakitan yang aku alami. Mungkin ini karena usiaku yang tidak muda. Juga
karena ketidakmampuanku menyediakan kehidupan yang layak untuk teman-temanku.
Aku tahu mereka mencintaiku dan tak akan pernah meninggalkanku. Pasti suatu
saat mereka akan kembali bercengkrama denganku, memberikan sejuta perhatian,
dan menjaga diriku.
Bukan karena aku takut dengan kematian, tetapi aku tidak mau
teman-temanku tersakiti karena
kematianku. Jika aku mati, di mana mereka akan tinggal? Dari mana mereka
mendapat sumber daya alam untuk bertahan hidup? Bagaimana nasib anak cucu
mereka nanti?
Aku rindu saat-saat mereka menanami tubuhku dengan
pohon-pohonan, menjelajahi tubuhku denga bersepeda dan jalan kaki. Atau paling
tidak, menjaga tubuhku agar tidak terluka. Sebenarnya demamku bisa disembuhkan
dengan cara menanam pohon. Pohon membuat tubuhku terasa sejuk. Rasa pusing dan
mualku akan hilang dengan cara meminimalkan kadar polusi di dalam tubuhku.
Teman-temanku bisa memulainya dengan menggunkan sepeda ketika bepergian dan
minimalisasi produksi sampah. Rambutku yang rontok bisa sembuh jika
teman-temaku mau merwat pohon-pohon yang mereka tanam dan behenti menebang
pohon secra illegal.
Aku adalah bumi yang butuh perhatian dan kasih sayang. Aku
ingin terus hidup dengan kondisi yang
baik agar teman-temanku nyaman berada di
tubuhku. Agar suatu hari nanti anak cuc mereka juga bisa merasakan
betapa damai tinggal bersahabat denganku.
Aku tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Hanya teman-temanku
yang bisa menyembuhkanku denga memberi sedikit perhatian. Hanya sedikit
perhatian secara terus-menerus, aku harap mereka mampu melakukannya untuk
kehidupan kami semua hari ini, besok, lusa, dan seterusnya. Aku ingin sembuh.
sumber : harian KOMPAS, oleh Rahadian Muslim
Sunday, May 13, 2012
Manusia dan Pandangan Hidup
Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin.
Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin. Sambil menceritakan bagaimana rahasia ayahnya dapat sesukses ini dan memiliki masa depan yang sangat lebih dari cukup.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. “Bagaimana perjalanan kali ini?”
“Wah, sangat luar biasa Ayah”
“Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin” kata ayahnya.
“Oh iya” kata anaknya
“Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?” tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab.
“Saya saksikan bahwa :
Kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.
Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.
Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.
Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya.
Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.
Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.”
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.
Kemudian sang anak menambahkan “Terimakasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita.”
Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya.
Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain.
Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang.
Alangkah lebih baik kita dapat tumbuh menjadi seorang yang bijaksana, bijak dalam memandang hidup di sekitar kita.
Masih banyak hal-hal baik tersembunyi di luar sana, menunggu seseorang yang cukup bijak untuk menyingkapnya.
sumber : http://umum.kompasiana.com dengan perubahan
Thursday, March 22, 2012
Manusia dan Cinta Kasih
Ketika sedang merenovasi rumah, seorang pemuda mencoba meruntuhkan suatu tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang dibuat dari kayu. Ketika tembok itu mulai roboh, dia menemui seekor cicak yang terperangkap di antara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebatang paku.
Dia merasa kasihan sekaligus heran. Lalu dia memperhatikan paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibuat.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan keadaan terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Pemuda itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!
Pemuda itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan.
Kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya
Aha! Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun. Pemuda itu merasa sangat terharu melihat kejadian itu. Sungguh ini sebuah cintacinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia kasih yang begitu mengagumkan.
Bagaimana dengan kita?, manusia sudah jelas kodratnya lebih tinggi dari seekor cicak, harusnya kita jauh lebih mengasihi. Jangan sia-siakan orang yang kita kasihi, hargai setiap kasih yang diberikan mereka kepada kita. Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk yang lain, Tuhan mengaruniakan akal budi kepadanya. Oleh sebab itu, pergunakanlah perbedaan itu untuk tetap setia mengasihi, mengasihi orang yang mengasihi kita, juga mereka yang membutuhkan kasih dalam hidupnya. Jangan mau kalah sama cicak..hehehe
sumber www.tulisankami.com dengan perubahan
Dia merasa kasihan sekaligus heran. Lalu dia memperhatikan paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibuat.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan keadaan terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Pemuda itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!
Pemuda itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan.
Kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya
Aha! Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun. Pemuda itu merasa sangat terharu melihat kejadian itu. Sungguh ini sebuah cintacinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia kasih yang begitu mengagumkan.
Bagaimana dengan kita?, manusia sudah jelas kodratnya lebih tinggi dari seekor cicak, harusnya kita jauh lebih mengasihi. Jangan sia-siakan orang yang kita kasihi, hargai setiap kasih yang diberikan mereka kepada kita. Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk yang lain, Tuhan mengaruniakan akal budi kepadanya. Oleh sebab itu, pergunakanlah perbedaan itu untuk tetap setia mengasihi, mengasihi orang yang mengasihi kita, juga mereka yang membutuhkan kasih dalam hidupnya. Jangan mau kalah sama cicak..hehehe
sumber www.tulisankami.com dengan perubahan
Monday, January 2, 2012
Batu Kecil
Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat dia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin Dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.
Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya itu, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya itu berhenti bekerja, mengambil uang itu, lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun mendapatkan hasil yang sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide, ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya kearah temannya tadi. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, sekarang temannya menengadah keatas. Dan pekerja itu pun dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.
Terkadang, memang harus ada cobaan-cobaan kecil terlebih dahulu untuk membuat kita tersadar dan menengadah kepada-Nya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan berkat-berkat, tapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah, tersadar, kembali kepada Sang Pencipta. Kebanyakan manusia sekarang ini kurang bersyukur, dengan segala kecukupan yang kita punya, kita lupa pada Tuhan yang memberikan itu semua. Karena itu, agar kita selalu ingat akan Dia, Tuhan menjatuhkan "batu kecil" kepada kita
Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya itu, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya itu berhenti bekerja, mengambil uang itu, lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun mendapatkan hasil yang sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide, ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya kearah temannya tadi. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, sekarang temannya menengadah keatas. Dan pekerja itu pun dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.
Terkadang, memang harus ada cobaan-cobaan kecil terlebih dahulu untuk membuat kita tersadar dan menengadah kepada-Nya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan berkat-berkat, tapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah, tersadar, kembali kepada Sang Pencipta. Kebanyakan manusia sekarang ini kurang bersyukur, dengan segala kecukupan yang kita punya, kita lupa pada Tuhan yang memberikan itu semua. Karena itu, agar kita selalu ingat akan Dia, Tuhan menjatuhkan "batu kecil" kepada kita
Monday, October 10, 2011
Miris. Tapi Nyata..
coba anda perhatikan gambar ini baik-baik..
apakah yang anda lihat?
lebih tepatnya, kejanggalan apa yang anda lihat?
ya, kejadian ini dapat anda lihat (mungkin) Hanya Di Indonesia!
Foto ini diambil di ruang check in Bandara Polonia Medan, tanggal 28 Agustus 2008, pukul 13:31 WIB. Terlihat beberapa orang dengan penampilan rapi dan terpelajar, duduk di bangku ruang tunggu bandara. Ini merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja apabila beberapa orang 'rapi' ini pandai membaca. Tapi nyatanya? penampilan memang menipu, jangan menilai seseorang dari luarnya saja.
Jelas diatas tempat duduk itu tertera tulisan "KHUSUS LANSIA", namun kenyataannya 'Sang Lansia' itu malah dibiarkan duduk dibawah.
Miris memang, tapi inilah faktanya, inilah Indonesia.
sumber: http://ascovasociety.19.forumer.com/a/inikah-indonesia_post233.html , dengan perubahan
apakah yang anda lihat?
lebih tepatnya, kejanggalan apa yang anda lihat?
ya, kejadian ini dapat anda lihat (mungkin) Hanya Di Indonesia!
Foto ini diambil di ruang check in Bandara Polonia Medan, tanggal 28 Agustus 2008, pukul 13:31 WIB. Terlihat beberapa orang dengan penampilan rapi dan terpelajar, duduk di bangku ruang tunggu bandara. Ini merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja apabila beberapa orang 'rapi' ini pandai membaca. Tapi nyatanya? penampilan memang menipu, jangan menilai seseorang dari luarnya saja.
Jelas diatas tempat duduk itu tertera tulisan "KHUSUS LANSIA", namun kenyataannya 'Sang Lansia' itu malah dibiarkan duduk dibawah.
Miris memang, tapi inilah faktanya, inilah Indonesia.
sumber: http://ascovasociety.19.forumer.com/a/inikah-indonesia_post233.html , dengan perubahan
Sunday, October 9, 2011
Seberapa Sering kah Anda?
adalah sebuah cerita yang saya baca dari lembar acara gereja, sebuah cerita inspiratif, yang tentu telah menyentuh hati saya, mungkin begitu juga dengan anda..
William adalah Manager di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Jhon, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur?" sapa William sambil mencium anaknya. Biasanya, Jhon memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Jhon menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja." "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"
Jhon berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika William beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Jhon berlari mengikutinya. "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah William.
Tetapi Jhon tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Jhon kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?" "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah." "Tapi, Ayah..." Kesabaran William habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Jhon.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, William nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Jhon di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Jhon didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, William berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Jhon. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini." "Iya, iya, tapi buat apa?" tanya William lembut. "Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Jhon polos. Wiliam terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.
Di jaman yang serba sibuk sekarang ini, mungkin hal-hal seperti inilah yang sering dialami oleh para anak yang orangtuanya sibuk bekerja. Mereka terlalu sibuk dan terpaku pada pekerjaanya sampai-sampai lupa memberikan perhatian pada anaknya sendiri, bukan hanya perhatian materi yang dibutuhkan oleh seorang anak, tapi perhatian dan kasih sayang jauh lebih berharga dari semuanya.
Atau mungkin paradigma sebaliknya juga tanpa kita disadari terjadi di lingkungan sekitar kita, anak-anak yang sibuk dengan sekolah, kuliah, ataupun pekerjaanya lupa memberikan perhatian pada orangtua yang membesarkan mereka. Mereka sudah sibuk belajar di sekolah, bergaul dengan teman-teman, sesampainya di rumah, kembali berkutat dengan handphone, online facebook, twitter, atau bahkan langsung pergi hangout dengan teman-teman hingga larut malam.
Akibatnya, tidak ada waktu yang dapat diluangkan untuk berkumpul bersama, sharing, bertukar cerita tentang kegiatan sepanjang hari, menyelesaikan masalah bersama-sama, ataupun hanya sekedar bersenda gurau bersama keluarga..
seberapa sering kah anda melihat anak anda kesulitan mengerjakan PR nya?
seberapa sering kah anda peduli melihat Ayah/Ibumu kelelahan karena bekerja sepanjang hari?
seberapa sering kah anda tahu kalau anakmu mendapat nilai bagus di sekolah?
seberapa sering kah anda memikirkan Ayah/Ibumu sudah makan siang atau belum?
seberapa sering kah anda menyadari, bahwa terlalu sedikit waktu yang anda curahkan bagi mereka, mereka yang selalu memikirkan anda?
...
seberapa sering kah anda?
...
Subscribe to:
Posts (Atom)