saat aku merasa tak ada yang mengerti diriku
saat aku tahu sebuah kenyataan, kalau yang merasa seperti ini hanya aku
tidak ada orang lain
tidak bisa orang lain
Kala itu,
kala semua rasa tumpah ruah jadi satu
kala hati ini sudah ingin sekali jadi batu
tapi tak bisa
aku tetap harus merasa
Hari itu,
hari selepas malam-malam yang lelah
hari setelah isak tangis memecah
datanglah pagi..
pagi yang tidak biasa,
karena aku bisa bertemu denganNya
merasakan kehadiranNya
tak perduli kulitku menghitam
atau wajahku yang berpeluh
aku begitu menantinya
merasakan hangatnya
memeluk tubuhku yang mungkin ingin tak bernyawa
Mentari itu,
mentari yang sepertinya biasa
namun tidak bagiku
padanya aku begitu merindu
mungkin sepele,
tapi inilah hal yang paling ku nanti
merentangkan tangan selebar-lebarnya
berteriak sekencang-kencangnya
di bawah mentari
Karena aku tahu,
Dia ada di sana memelukku
Dia ada di sana menghiburku
Dia ada di sana selalu untukku
di dalam mentari
No comments:
Post a Comment