Tuesday, April 16, 2013

Hari itu adalah hari paling menakutkan sepanjang hidupku. Bukan karena pencuri,apalagi karena cerita-cerita hantu. Seumur hidupku, tak pernah kurasa setakut itu, mengetahui dia berada disana tanpa diriku, tapi yang kulakukan hanya bisa menunggu, menunggu dalam cemas, dalam tangis, yang tiba-tiba saja pecah setelah desakan takutnya hati yang begitu pilu.
Masih terngiang jelas dipikiranku, bagaimana rasa takut itu terus menghantui diriku hingga beberapa waktu. Rasa takut yang tak mau tahu, yang bisa tiba-tiba membuatmu menangis terisak-isak, tanpa kau tahu kenapa terus begitu. Seketika dadamu terasa sesak, tubuhmu gemetar, lalu air mata mengalir dengan derasnya.
Aku takut, takut sekali terjadi sesuatu pada dirinya, dan aku tidak ada disana. Dia datang sebagai seorang tersangka, layaknya kelinci datang sendiri ke sarang singa. Memang jiwanya kuat, jiwa terkuat yang pernah ku temui, tapi tidak dengan fisiknya, sewaktu-waktu bisa saja nafasnya sesak, seperti seorang yang meregang nyawa. Kalau begitu, memang singa-singa itu peduli?? Tak mungkin. Singa itu hanya tahu menerkam, bahkan kalau bisa mencabik si kelinci tanpa pandang bulu. Lalu siapa yang menolong si kelinci? Tak ada.
Aku lagi-lagi hanya bisa menangis, dan terus menangis hingga lelah. Sampai akhirnya dia kembali, kembali dengan damainya hati. Beruntung yang ku takutkan tak terjadi, karena si kelinci tak melawan, karena dia hanya mengalah, menerima dirinya diterkam, diterkam atas sesuatu yang bukan salahnya.
Ku sampaikan ketakutanku, hingga akhirnya kuterima pelukan yang begitu erat, peluk yang mendamaikan hati.
Katanya dia bangga memiliki ku, aku yang ternyata menjadi contoh baginya. Seorang aku yang selalu diam, namun berpikiran dewasa, yang berkata-kata dengan bijaksana. Katanya dia selalu mengingat kata-kataku, yang ternyata menjadi kekuatannya.
Tak pernah ku dengar yang seperti ini sebelumnya, ini benar-benar mengubah hari ketakutanku, menjadi hari yang termanis dalam hidupku..