Tuesday, July 3, 2012

Kuasa Doa Anak Kecil


Suatu malam saya bekerja keras untuk menolong seorang
ibu di sebuah bangsal rumah sakit; tapi  apapun yang
kami lakukan, dia meninggal dan meninggalkan bayi
premature yang sangat mungil serta seorang anak
perempuan usia 2 tahun yang menangis.

Kami mengalami kesulitan untuk menjaga agar si bayi
tetap hidup, Karena kami tidak punya incubator ( kami
tidak punya listrik untuk Menyalakan incubator), kami
juga tidak punya makanan khusus bayi.

Meskipun kami tinggal di daerah khatulistiwa, di malam
hari seringkali udara sangat dingin dan anginya kencang.

Salah seorang muridku menaruh bayi itu dalam box dan
membungkus bayi dengan kain wol. Yang lain menyalakan
api dan mengisi botol air panas. Kemudian muridku yang
mengisi botol air panas segera kembali dengan
kebingungan sambil bercerita bahwa saat mengisi botol
itu dan ternyata meledak (Karet mudah rusak dalam
kondisi cuaca tropis)

"Dan ini adalah botol air panas terakhir kita," dia berseru.

"Oke," kataku, "taruh bayi itu didekat api dalam jarak
yang cukup aman, dan tidurlah diantara bayi itu dan
pintu untuk menjaga nya dari angin. Tugasmu adalah
menjaga bayi tetap hangat."

Siang hari berikutnya, seperti hari sebelumnya, Aku
pergi berdoa dengan beberapa anak yatim piatu yang
berkumpul denganku. Aku berikan mereka bermacam-macam
saran untuk mendoakan dan bercerita pada mereka
tentang bayi mungil itu.

Aku menceritakan masalah kami soal menjaga bayi supaya
cukup hangat, menyebutkan tentang botol air panas, dan
bagaimana bayi itu bisa dengan mudah meninggal bila
kedinginan. Saya juga bercerita pada mereka tentang
saudara perempuannya yang berumur 2 tahun, yang
menangis karena ibunya meninggal.

Selama berdoa, seorang gadis usia 10 tahun, Ruth,
berdoa dengan doa singkat seperti anak Afrika kami.

"Tolong, Tuhan" dia berdoa, "kirim kan botol air.
Tidak baik besok, Tuhan, karena bayinya bisa mati,
jadi tolong kirim sore ini."

Saat aku menarik napas dalam hati karena keberaniannya
dalam berdoa, dia menambahkan, "Dan saat Engkau
mengirimkan botol air itu, maukah Engkau mengirimkan
juga boneka untuk gadis kecil itu, supaya dia tahu bhw
Engkau sungguh mengasihinya?"

Seringkali dalam doa anak-anak, aku merasa ditempatkan
pada pusatnya. Dengan sungguh-sungguh kukatakan,
"Amin". Oya aku tahu bahwa Tuhan dapat melakukan
segalanya, Alkitab mengatakan demikian. Tapi pasti ada
batasnya, kan?
(pikiran manusia selalu ingin membatasi kuasa Tuhan)

Dan menurutku satu-satunya jalan Tuhan dapat menjawab
doa-doa kami yaitu jika keluargaku di Amerika
mengirimi bingkisan. Namun aku sudah tinggal selama
hampir 4 tahun, dan tidak pernah, sama sekali menerima
bingkisan dari rumah. Tapi, bila sesorang mengirimiku
bingkisan, siapa yang akan memberi botol air panas.
Sebab aku tinggal di daerah tropis!

Menjelang sore, ketika aku sedang mengajar di sekolah
pelatihan perawat, sebuah parcel dikirimkan dengan
mobil didepan pintu rumahku.

Saat aku sampai di rumah, mobilnya sudah pergi, tapi
disana, di beranda, ada dua puluh dua pon parcel yang
sangat besar. Aku merasa pedih dimataku.

Aku tidak dapat membuka parsel itu sendirian, jadi aku
meminta ke anak-anak yatim piatu untuk membantuku.
Bersama-sama kami menarik talinya, dengan hati-hati
membuka simpulnya. Kami melipat kertasnya, supaya
tidak menyobeknya. Kegembiraan meningkat.
Sebanyak 30 atau 40 pasang mata
melihat ke dalam kardus tersebut.
Dari atas, kami mengeluarkan baju rajutan
berwarna cerah.

Mata kami langsung silau melihatnya. Ada perban
rajutan untuk pasien kusta, dan anak-anak mulai
terlihat sedikit bosan.
Lalu ada sekotak kismis, ini bisa dipakai untuk
membuat setumpuk kue kismis di akhir pekan.

Lalu, aku memasukkan tanganku lagi, aku merasa ....
benarkah ini?? Aku menariknya keluar .... yaa .... ini
baru, botol air panas karet. Aku menangis terharu.
Aku tidak meminta Tuhan untuk mengirimkannya. Aku
tidak percaya bahwa Dia benar-benar melakukannya.

Ruth ada di barisan depan dari anak2. Ia cepat2 maju,
sambil menangis, " Jika Tuhan mengirimkan botolnya,
Dia harus mengirim bonekanya juga!"

Sambil mengobrak-abrik bagian bawah kotak, dia menarik
sesuatu yang mungil, boneka bergaun indah.  Matanya berkilau !
Dia tidak pernah sangsi!

Sambil melihatku, dia berkata : " Dapatkah aku pergi
bersamamu & memberikan boneka ini kepada gadis kecil
itu, supaya dia tahu, Yesus sangat mencintainya? ?

Ternyata parcel ini telah dipersiapkan
dan dikirim 5 bulan lalu.
Dibungkus oleh Siswa Kelas Hari Mingguku,
yang mana saat mempersiapkan parcel itu,
Tuhan telah memerintahkannya juga
untuk mengirimi botol air panas walaupun di daerah Tropis.
Lalu salah satu dari siswaku juga telah memberikan boneka
untuk dikirimkan ke anak Afrika -

Dan itu semua terjadi 5 bulan sebelumnya,
sebagai jawaban dari doa seorang anak gadis 10 tahun
untuk membawanya "sore itu".



sumber: http://g1g1kel1nc1.multiply.com/journal/item/26/_CERITA_DARI_AFRIKA_kuasa_doa_anak-anak

Tolong! Aku Sedang Sakit


Aku sedang sakit. Akhir-akhir ini suhu tubuhku sangat panas dan sering demam. Kepalaku kadang-kadang terasa berputar sampai tubuhku terguncang lalu ambruk. Belum lagi jika aku muntah, air muntahnya menyebar kemana-mana. Dan yang paling menydihkan, aku kehilangan rasa percaya diri karena kini rambutku tak seindah dan selebat dulu. Rambutku sering rontok, bahkan kepalaku hamper botak.
Sampai saat ini aku tidak tahu penyakit apa sebenarnya yang menyerang tubuhku. Semakin hari rasa sakit semakin menyiksa. Rasanya hidupku tak lama lagi. Aku tak punya alas an unutk apa aku sembuh. Keluargaku seolah tidak perduli dengan rasa sakit yang kurasakan. Teman-temanku? Jangan ditanya, sejak aku sakit mereka menjauhiku.
Sekarang semua sudah berubah. Tiada lagi sosok teman dan sahabat yang mengisi hari-hariku. Penyakit ini membuat mereka menjauhiku. Aku tahu mungkin yang mereka inginkan hanya makanan,perhiasan, dan kekayaanku. Mereka tidak ingin ikut merasakan kesedihan dan kesakitanku. Saat aku butuh mereka, mereka pergi. Akku memeang menyusahkan sehingga mereka tak mau lagi perduli kepadaku.
Aku sama sekali tak punya semangat untuk sembuh. Biarkan saja kehidupanku berakhir, mungkin teman-temanku akan sadar bahwa mereka telah menyia-nyiakanku. Mereka boleh mengambil semua kekayaan yang aku punya. Mereka memotong rambutku, tidur di bahuku, dan berlindung di belakang punggungku asal mereka selalu ada ketika aku sedang susah, sakit, dan kelelahan.
Perhatian Kecil
Aku sadar bahwa mereka adalah manusia yang memiliki kesibukkan masing-masing. Mereka tidak bisa setiap saat berada di sampingku dan memperhatikanku. Sebenarnya yang kubutuhkan bukan perhatian besar. Hanya perhatian kecil yang bisa membuatku sembuh.
Sebenarnya tak seharusnya aku menyalahkan teman-temanku akan kesakitan yang aku alami. Mungkin ini karena usiaku yang tidak muda. Juga karena ketidakmampuanku menyediakan kehidupan yang layak untuk teman-temanku. Aku tahu mereka mencintaiku dan tak akan pernah meninggalkanku. Pasti suatu saat mereka akan kembali bercengkrama denganku, memberikan sejuta perhatian, dan menjaga diriku.
Bukan karena aku takut dengan kematian, tetapi aku tidak mau teman-temanku tersakiti  karena kematianku. Jika aku mati, di mana mereka akan tinggal? Dari mana mereka mendapat sumber daya alam untuk bertahan hidup? Bagaimana nasib anak cucu mereka nanti?
Aku rindu saat-saat mereka menanami tubuhku dengan pohon-pohonan, menjelajahi tubuhku denga bersepeda dan jalan kaki. Atau paling tidak, menjaga tubuhku agar tidak terluka. Sebenarnya demamku bisa disembuhkan dengan cara menanam pohon. Pohon membuat tubuhku terasa sejuk. Rasa pusing dan mualku akan hilang dengan cara meminimalkan kadar polusi di dalam tubuhku. Teman-temanku bisa memulainya dengan menggunkan sepeda ketika bepergian dan minimalisasi produksi sampah. Rambutku yang rontok bisa sembuh jika teman-temaku mau merwat pohon-pohon yang mereka tanam dan behenti menebang pohon secra illegal.
Aku adalah bumi yang butuh perhatian dan kasih sayang. Aku ingin terus hidup dengan  kondisi yang baik agar teman-temanku nyaman berada di  tubuhku. Agar suatu hari nanti anak cuc mereka juga bisa merasakan betapa damai tinggal bersahabat denganku.
Aku tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Hanya teman-temanku yang bisa menyembuhkanku denga memberi sedikit perhatian. Hanya sedikit perhatian secara terus-menerus, aku harap mereka mampu melakukannya untuk kehidupan kami semua hari ini, besok, lusa, dan seterusnya. Aku ingin sembuh.

sumber : harian KOMPAS, oleh Rahadian Muslim