Monday, October 10, 2011

Miris. Tapi Nyata..

coba anda perhatikan gambar ini baik-baik..
apakah yang anda lihat?
lebih tepatnya, kejanggalan apa yang anda lihat?
ya, kejadian ini dapat anda lihat (mungkin) Hanya Di Indonesia!

Foto ini diambil di ruang check in Bandara Polonia Medan, tanggal 28 Agustus 2008, pukul 13:31 WIB. Terlihat beberapa orang dengan penampilan rapi dan terpelajar, duduk di bangku ruang tunggu bandara. Ini merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja apabila beberapa orang 'rapi' ini pandai membaca. Tapi nyatanya? penampilan memang menipu, jangan menilai seseorang dari luarnya saja.
Jelas diatas tempat duduk itu tertera tulisan "KHUSUS LANSIA", namun kenyataannya 'Sang Lansia' itu malah dibiarkan duduk dibawah.
Miris memang, tapi inilah faktanya, inilah Indonesia.

sumber: http://ascovasociety.19.forumer.com/a/inikah-indonesia_post233.html , dengan perubahan

Sunday, October 9, 2011

Seberapa Sering kah Anda?


adalah sebuah cerita yang saya baca dari lembar acara gereja, sebuah cerita inspiratif, yang tentu telah menyentuh hati saya, mungkin begitu juga dengan anda..

William adalah Manager di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Jhon, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur?" sapa William sambil mencium anaknya. Biasanya, Jhon memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Jhon menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja." "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Jhon berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika William beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Jhon berlari mengikutinya. "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah William.
Tetapi Jhon tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Jhon kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?" "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah." "Tapi, Ayah..." Kesabaran William habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Jhon.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, William nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Jhon di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Jhon didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, William berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Jhon. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."

"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini." "Iya, iya, tapi buat apa?" tanya William lembut. "Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Jhon polos. Wiliam terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Di jaman yang serba sibuk sekarang ini, mungkin hal-hal seperti inilah yang sering dialami oleh para anak yang orangtuanya sibuk bekerja. Mereka terlalu sibuk dan terpaku pada pekerjaanya sampai-sampai lupa memberikan perhatian pada anaknya sendiri, bukan hanya perhatian materi yang dibutuhkan oleh seorang anak, tapi perhatian dan kasih sayang jauh lebih berharga dari semuanya.
Atau mungkin paradigma sebaliknya juga tanpa kita disadari terjadi di lingkungan sekitar kita, anak-anak yang sibuk dengan sekolah, kuliah, ataupun pekerjaanya lupa memberikan perhatian pada orangtua yang membesarkan mereka. Mereka sudah sibuk belajar di sekolah, bergaul dengan teman-teman, sesampainya di rumah, kembali berkutat dengan handphone, online facebook, twitter, atau bahkan langsung pergi  hangout dengan teman-teman hingga larut malam.
Akibatnya, tidak ada waktu yang dapat diluangkan untuk berkumpul bersama, sharing, bertukar cerita tentang kegiatan sepanjang hari, menyelesaikan masalah bersama-sama, ataupun hanya sekedar bersenda gurau bersama keluarga..

seberapa sering kah anda melihat anak anda kesulitan mengerjakan PR nya?
seberapa sering kah anda peduli melihat Ayah/Ibumu kelelahan karena bekerja sepanjang hari?
seberapa sering kah anda tahu kalau anakmu mendapat nilai bagus di sekolah?
seberapa sering kah anda memikirkan Ayah/Ibumu sudah makan siang atau belum?
seberapa sering kah anda menyadari, bahwa terlalu sedikit waktu yang anda curahkan bagi mereka, mereka yang selalu memikirkan anda?
...
seberapa sering kah anda?
...